Bila anak terjatuh saat bermain sepeda, biasanya orangtua langsung mencari antiseptik atau mengoleskan krim antibiotik pada luka. Tapi penelitian terbaru menemukan bahwa air dan sabun adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka gores atau luka ringan.
Caranya pertama kali luka dibersihkan dengan air mengalir, kemudian dicuci dengan sabun, lalu dibilas lagi dengan air dan selanjutnya dikeringkan dengan handuk bersih yang menyerap air.
Penelitian yang dilakukan pada anak yang dirawat karena infeksi kulit di Johns Hopkins Children's Center di Baltimore, Maryland, menemukan bahwa air dan sabun lebih efektif menyembuhkan luka gores ketimbang krim antibiotik.
Para ilmuwan mengklaim bahwa membersihkan luka anak dengan hati-hati di bawah air keran yang mengalir lebih cepat membantu proses penyembuhan.
Penelitian ini awalnya dilakukan untuk tujuan membandingkan dua antibiotik biasa yang digunakan untuk mengobati infeksi kulit, untuk mengetahui mana yang lebih efektif.
Namun setelah membersihkan luka dari 191 pasien di rumah sakit anak, peneliti justru menemukan cara pilihan obat baru yang lebih efektif, yaitu air dan sabun.
Dalam waktu seminggu, 95 persen dari partisipan telah pulih sepenuhnya, terlepas dari antibiotik yang diterima.
Para peneliti menyimpulkan bahwa rahasia sukses penyembuhan luka adalah pembersihan dan perawatan yang tepat, bukan antibiotik.
"Kabar baiknya adalah kami tidak memberikan antibiotik, tapi hampir semua infeksi kulit sembuh sepenuhnya dalam waktu seminggu. Kabar baik lagi ternyata penyembuhan luka berteknologi rendah, seperti pembersihan, pengeringan dan menjaga area yang terinfeksi tetap bersih, membuat penyembuhan lebih cepat," jelas penulis utama penelitian, Dr Harun Chen, seperti dilansir Dailymail, Jumat (25/2/2011).
Dr Chen menambahkan bahwa menjaga luka selalu bersih menjadi dasar pengobatan infeksi kulit, tetapi lebih banyak dokter sudah mulai meresepkan antibiotik dalam beberapa tahun terakhir, meskipun biaya dan risiko efek samping berkembang seperti resistensi obat.
"Banyak dokter berasumsi bahwa antibiotik selalu diperlukan untuk infeksi bakteri, tetapi ada bukti yang menunjukkan hal ini tidak mungkin terjadi," jelas Paediatrician Dr George Siberry.
Dalam penelitian ini diteliti 191 anak berusia 6 bulan sampai 18 tahun yang dirawat karena infeksi kulit di Johns Hopkins Children's Center di Baltimore, Maryland, antara tahun 2006 dan 2009.
Dari jumlah tersebut, 133 anak terinfeksi bakteri MRSA, yaitu strain virulen yang tidak merespon terhadap kebanyakan antibiotik. Sisanya mengalami infeksi kulit yang sederhana dengan strain non-resisten terhadap bakteri.
0 comments:
Post a Comment